Pekanbaru – Sejumlah kaum ibu di Kota Pekanbaru mengeluhkan warung yang masih enggan menjual minyak goreng baik kemasan maupun curah setelah pencabutan harga eceran tertinggi (HET) per tanggal 17 Maret kemarin.
Ros (40) pemilik warung harian di Jalan Fajar mengakusudah tiga pekan ini tidak menjual minyak goreng akibat khawatir merugi, ia bahkan hanya menghabiskan stok lama saja setelah itu tidak membeli lagi.
“Modalnya mahal, walau sempat ada minyak subsidi kemarin itu tetapi stok tidak tersedia di pasar sehingga saya tidak jual minyak goreng dulu ,” katanya kepada ANTARA di Pekanbaru, Ahad.
Pina seorang ibu rumah tangga setempat juga mengeluhkan warung yang tidak menjual minyak goreng. Ia pun terpaksa mencari ke super marketmeski harganya mahal harganya dan harus membeli kemasan jumlah minimal 1 liter bahkan 2 liter.
Hal ini menyulitkan keuangan bagi keluarga ekonomi menengah ke bawah yang belanja hariannya pas-pasan cukup sehari sebab bisa habis hanya untuk membeli minyak goreng saja belum lauk-pauk dan beras.
“Padahal dulu sebelum gejolak ini terjadi ia bisa mendapati minyak goreng kemasan ketengan 1/4 kg atau ukuran gelas, sesuai kemampuan keuangan,” katanya.
Sementara itu pantauan ANTARA di sejumlah super market dan ritail moderen Pekanbaru, pengelola baru menjual minyak kemasan dalam jumlah terbatas.
Hal ini diakui Regional Corporate Communication Manager Alfamart Muhammad Afran, sesuai dengan aturan berlaku.